..::MA Bali Bina Insani is welcoming your visit. =D::..

Selasa, 12 Oktober 2010

HAJI

Haji ke Baitullah

penulis Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc.
Syariah Kajian Utama 18 - Desember - 2006 08:32:00

Mencari gelar haji/hajjah menaikkan status sosial atau unjuk kekayaan adl niatan-niatan yg semesti dikubur dalam-dalam saat hendak menunaikan ibadah haji. Karena tiap amalan sekecil apapun hanya pantas ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih ibadah haji merupakan amalan mulia yg memiliki kedudukan tinggi di dlm Islam.

Haji ke Baitullah merupakan ibadah yg sangat mulia dlm Islam. Kemuliaan nan tinggi memposisikan sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Ini mengingatkan kita akan sabda baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ

“Agama Islam dibangun di atas lima perkara; bersyahadat bahwasa tdk ada yg berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi Muhammad itu utusan Allah mendirikan shalat menunaikan zakat shaum di bulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.”
Seorang muslim sejati pasti mendambakan diri bisa berhaji ke Baitullah. Lebih-lebih bila merenung dan memerhatikan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam yg merinci berbagai keutamaannya. Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barangsiapa berhaji krn Allah lalu tdk berbuat keji dan kefasikan niscaya dia pulang dari ibadah tersebut seperti di hari ketika dilahirkan oleh ibu .”

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ

“Antara satu umrah dgn umrah berikut merupakan penebus dosa-dosa yg ada di antara kedua dan haji mabrur itu tdk ada balasan bagi kecuali Al-Jannah.”
Berangkat dari sinilah tdk sedikit dari saudara-saudara kita kaum muslimin yg tergugah utk berlomba menunaikan ibadah haji tiap tahun meski harus berkorban harta waktu dan tenaga. Bahkan berpisah dgn keluarga atau meninggalkan kampung halaman pun tdk menjadi penghalang demi menunaikan ibadah yg mulia tersebut.
Semangat beribadah yg tinggi ini semesti senantiasa dipertahankan dan kemudian ditingkatkan dgn mempelajari ilmu serta menunaikan sesuai dgn tuntunan baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini tiada lain sebagai realisasi dari apa yg pernah dipesankan oleh baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:

خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ

“Ambillah dariku tuntunan manasik haji kalian.”

Tahukah Anda Apa Haji dan ‘Umrah Itu?
Haji dlm bahasa Arab bermakna: maksud atau tujuan. Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi salah seorang pakar bahasa Arab berpendapat bahwasa kata haji sering digunakan utk suatu maksud yg mulia dan ditujukan kepada zat/sesuatu yg mulia pula.
Dalam terminologi syariat haji bermakna: Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn menjalankan manasik yg dituntunkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun umrah dlm bahasa Arab bermakna: kunjungan . Sedangkan dlm terminologi syariat adalah: Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn berthawaf di Ka’bah lalu bersa’i di antara Shafa dan Marwah kemudian gundul atau mencukur rambut .
Rangkaian ibadah haji haruslah dilakukan dlm bulan-bulan haji . Adapun ibadah umrah tdk terkait dgn waktu tertentu bisa dilakukan di bulan-bulan haji atau pun di luar itu.

Kapan Ibadah Haji Disyariatkan?
Syariat haji –secara umum– telah ada di masa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yg ditujukan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَعَلَىكُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ لِِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ

“Dan umumkanlah kepada manusia utk berhaji niscaya mereka akan mendatangimu dgn berjalan kaki atau mengendarai unta kurus dari segala penjuru yg jauh utk menyaksikan segala yg bermanfaat bagi mereka.”
Kemudian syariat tersebut dikukuhkan kembali secara lbh sempurna di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tepat pada tahun 9 Hijriyah. Sebagaimana yg dikatakan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah: “Syariat haji –menurut pendapat yg benar– terjadi pada tahun 9 Hijriyah… Dalil bahwa ayat tentang wajib haji merupakan ayat-ayat pertama dari surat Ali ‘Imran. Dan ayat-ayat pertama dari surat Ali ‘Imran ini diturunkan pada tahun berdatangan para utusan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .”

Hukum Menunaikan Ibadah Haji dan Umrah
Menunaikan ibadah haji hukum wajib bagi yg mampu. Dalil adl Al-Qur`an As-Sunnah dan Al-Ijma’.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya utk menunaikan ibadah haji ke Baitullah dan menjadikan sebagai salah satu dari rukun Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ البَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِيْنَ

“Dan hanya krn Allah lah haji ke Baitullah itu diwajibkan bagi manusia yg mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa yg kafir mk sesungguh Allah tdk butuh terhadap seluruh alam semesta.”
Di dlm Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abdullah bin ‘Umar diriwayatkan bahwasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ

“Agama Islam dibangun di atas lima perkara: bersyahadat bahwasa tdk ada yg berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi Muhammad itu utusan Allah mendirikan shalat menunaikan zakat shaum di bulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Sa’id bin Manshur dlm Sunan- dari shahabat Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: “Sungguh aku bertekad mengirim pasukan ke penjuru dunia utk memantau orang2 yg mempunyai kelapangan harta namun tdk mau berhaji dan menarik upeti dari mereka. Mereka bukan orang Islam mereka bukan orang Islam.”
Diriwayatkan pula dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: “Barangsiapa yg mampu berhaji namun tdk mau menunaikan mk tidaklah ia meninggal dunia melainkan dlm keadaan Yahudi atau Nashrani.”
Al-Wazir dan yg lain berkata: “Para ulama telah berijma’ bahwasa ibadah haji itu diwajibkan bagi tiap muslim dan muslimah yg baligh lagi mampu dan dilakukan sekali seumur hidup.”
Adapun ibadah ‘umrah hukum juga wajib menurut salah satu pendapat para ulama. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Ada sekian hadits Nabi yg menunjukkan wajib ibadah umrah. Di antara adl sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dita oleh malaikat Jibril tentang Islam:

اْلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ وَتَعْتَمِرَ وَتَغْتَسِلَ مِنَ الْجَنَابَةِ وَتُتِمَّ الْوُضُوْءَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ

“Islam adl engkau bersyahadat bahwasa tdk ada yg berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi Muhammad itu utusan Allah mendirikan shalat menunaikan zakat berhaji ke Baitullah menunaikan ibadah umrah mandi dari janabat menyempurnakan wudhu dan shaum di bulan Ramadhan.”

Kapan Seseorang Berkewajiban Menunaikan Ibadah Haji?
Al-Imam Ibnu Qudamah di dlm Al-Mughni mengatakan: “Sesungguh ibadah haji itu wajib ditunaikan bila telah terpenuhi lima syarat:
1. Beragama Islam.
2. Berakal sehat.
3. Mencapai usia baligh.
4. Merdeka .
5. Mempunyai kemampuan.”
Bagaimanakah kriteria mempunyai kemampuan tersebut?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Mempunyai kemampuan dlm bentuk harta dan fisik . Yakni bila seseorang memiliki harta yg dapat mencukupi utk berangkat haji berikut kepulangan serta segala kebutuhan dlm perjalanan haji tersebut. harta yg dimiliki itu adl harta yg tersisa setelah dikurangi pembayaran hutang nafkah yg bersifat wajib segala kebutuhan makan minum nikah tempat tinggal dgn perabot dan apa yg dibutuhkan berupa kendaraan buku-buku agama dan lain sebagainya. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ البَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِيْنَ

“Dan hanya krn Allahlah haji ke Baitullah itu diwajibkan bagi manusia yg mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa yg kafir mk sesungguh Allah tdk butuh terhadap seluruh alam semesta.”
Bagi kaum wanita ada mahram termasuk bagian dari kemampuan. mk dari itu wanita yg tdk mempunyai mahram tdk wajib utk berhaji krn tdk boleh bagi secara syar’i utk safar tanpa mahram. Kaum wanita tdk boleh melakukan safar tanpa disertai mahram baik utk haji atau pun selain baik safar dlm waktu yg lama atau pun sebentar bersama rombongan kaum wanita atau pun sendirian masih muda dan cantik atau pun telah renta naik pesawat terbang atau pun yg lainnya. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَقُولُ: لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ، وَلاَ تُسَافِرُ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ. فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ امْرَأَتِي خَرَجَتْ حَاجَّةً، وَإِنِّي اكْتُتِبْتُ فِي غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: انْطَلِقْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ

“Bahwasa beliau pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah seraya berkata: ‘Janganlah sekali-kali seorang lelaki bersendirian dgn seorang wanita kecuali bila disertai mahram dan jangan pula seorang wanita bersafar kecuali bersama mahramnya.’ mk berdirilah seorang lelaki seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah sesungguh istriku pergi berhaji sementara aku ditugaskan utk berjihad.’ mk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Pergilah engkau utk berhaji bersama istrimu!”
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk menanyakan terlebih dahulu apakah si wanita itu pergi bersama rombongan kaum wanita ataukah sendirian?! Apakah dia masih muda dan cantik ataukah sudah tua?! Apakah perjalanan aman ataukah tidak?!
Adapun hikmah dari pelarangan tersebut adl utk melindungi kaum wanita dari tindak kriminal krn mereka adl kaum yg lemah akal dan fisiknya. Mereka sering dijadikan sasaran tindak kejahatan dikarenakan betapa mudah mereka utk ditipu atau pun dipaksa melakukan sesuatu. –Hingga perkataan beliau– Jika seseorang tdk mampu dari sisi harta mk dia tdk wajib berhaji. Dan jika berkemampuan dari sisi harta namun kondisi kesehatan lemah mk perlu utk ditinjau terlebih dahulu. Jika rasa lemah itu dimungkinkan bisa hilang seperti sakit yg dimungkinkan kesembuhan mk hendak dia bersabar hingga mendapatkan kesembuhan lalu menunaikan ibadah haji. Dan jika rasa lemah itu dimungkinkan tdk bisa hilang dikarenakan faktor ketuaan dan penyakit menahun yg sulit utk disembuhkan misal mk hendak mewakilkan haji kepada orang lain.”

Berapa Kalikah Kewajiban Menunaikan Ibadah Haji dan Umrah?
Ibadah haji dan umrah wajib ditunaikan sekali saja seumur hidup bagi tiap muslim dan muslimah yg telah memenuhi syarat wajibnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ. فَقَامَ اْلأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ فَقَالَ: أَفِي كُلِّ عَامٍ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: لَوْ قُلْتُهَا لَوَجَبَتْ، وَلَوْ وُجِبَتْ لَمْ تَعْمَلُوا بِهَا وَلَمْ تَسْتَطِيْعُوا أَنْ تَعْمَلُوا بِهَا، الْحَجُّ مَرَّةً، فَمَنْ زَادَ فَتَطَوَّعَ

“Wahai sekalian manusia sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kepada kalian ibadah haji!” mk berdirilah Al-Aqra’ bin Habis seraya mengatakan: “Apakah haji itu wajib ditunaikan tiap tahun wahai Rasulullah?” mk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab: “Kalau aku katakan; ya niscaya akan menjadi kewajiban tiap tahun dan bila diwajibkan tiap tahun niscaya kalian tdk akan menunaikan bahkan tdk akan mampu utk menunaikannya. Kewajiban haji itu hanya sekali . Barangsiapa menunaikan lbh dari sekali mk dia telah bertathawwu’ .”

Di antara Hikmah Ibadah Haji
Asy-Syaikh Abdullah Al-Bassam berkata: “Ibadah haji mempunyai hikmah yg besar mengandung rahasia yg tinggi dan tujuan yg mulia berupa kebaikan duniawi dan ukhrawi. Sebagaimana yg dikandung firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لِِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ

“Untuk menyaksikan segala yg bermanfaat bagi mereka.”
Haji merupakan momen pertemuan akbar bagi umat Islam seluruh dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala pertemukan mereka semua di waktu dan tempat yg sama. Sehingga terjalinlah suatu interaksi kedekatan dan saling merasakan satu dgn sesama yg dapat membuahkan kuat tali persatuan umat Islam dan terwujud kemanfaatan bagi urusan agama dan dunia mereka.
Seseorang yg berupaya menggali rahasia di balik ibadah haji mk dia akan memperoleh banyak pelajaran penting baik yg berkaitan dgn keimanan ibadah muamalah dan akhlak yg mulia. Di antara pelajaran tersebut adalah:
1. Perwujudan tauhid yg murni dari noda-noda kesyirikan dlm hati sanubari ketika para jamaah haji bertalbiyah.
2. Pendidikan hati utk senantiasa khusyu’ tawadhu’ dan penghambaan diri kepada Rabbul ‘Alamin ketika melakukan thawaf wukuf di Arafah dan amalan haji lainnya.
3. Pembersihan jiwa utk senantiasa ikhlas dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyembelih hewan kurban di hari-hari haji.
4. Ketulusan dlm menerima bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa diiringi rasa berat hati ketika mencium Hajar Aswad dan mengusap Rukun Yamani.
5. Tumbuh kebersamaan hati dan jiwa ketika berada di tengah-tengah saudara-saudara seiman dari seluruh penjuru dunia dgn pakaian yg sama berada di tempat yg sama dan menunaikan amalan yg sama pula .

Sumber: www.asysyariah.com

Tidak ada komentar: